Syeikh Abu Yazid Al-Busthami adalah salah satu tokoh Sufi yang besar di zamannya dan banyak para ulama juga belajar dengan beliau tentang hikmah-hikmah hingga mencapai derajat yang tinggi sebagai seorang hamba yang selalu ingat dan mengabdi pada Yang Maha Kuasa. Namanya adalah Abu Yazid Thaifur bin Isa Al-Busthami (188-261 H/804-875 M). Kakeknya bekas seorang Majusi yang sudah masuk Islam. Dia tiga bersaudara, dua lainnya bernama Adam Thaifur dan Ali. Mereka semua ahli zuhud dan Ibadah, namun Abu Yazid (Thaifur) adalah yang paling agung di antara ketiganya.
Di antara mutiara hikmah dari Syekh Abu Yazid Al-Busthami sebagai seorang Sufi yang hatinya penuh dengan kesucian dan bersih, yaitu:
- Dia berpesan, “Saya telah bermujahadah (beribadah sungguh-sungguh) selama 30 tahun. Tidak ada yang paling berat bagiku selain mempelajari ilmu dan mengamalkannya. Kalau bukan karena perbedaan para ulama, pasti saya akan tetap mendalaminya. Perbedaan pendapat para ulama adalah rahmat kecuali dalam masalah tauhid.” Dikatakan pula bahwa Abu Yazid tidak meninggalkan dunia kecuali dia telah mengkhatamkan Al-Qur’an seluruhnya.
- Dia pernah bercerita: “Saya pernah pergi mengunjungi seseorang yang terkenal dengan kewaliannya. Dia seorang yang banyak dikunjungi dan terkenal dengan kezuhudannya, lalu saya datang padanya. Ketika saya lihat dia keluar dari rumah dan masuk mesjid, ia meludah ke arah kiblat, maka saya berpaling dan tidak mengucapkan salam kepadanya. Dia tidak dapat dipercaya dan kurang berpegang teguh dengan adab-adab Rasulullah SAW. Jika demikian, bagaimana mungkin kewaliannya dapat dipercaya.”
- Pernah ditanyakan tentang awal taubat dan kezuhudannya, lalu dijawab, “Zuhud tidak mempunyai kedudukan.” Ditanyakan lagi, “Mengapa?” Jawabnya, “Karena ketika saya berzuhud selama tiga hari, pada hari keempatnya saya keluar dari zuhud. Hari pertama saya zuhud dari dunia dan seisinya, pada hari kedua saya zuhud dari akhirat dan seisinya, pada hari ketiga saya zuhud dari apa saja selain Allah. Maka pada hari keempat tiadalah yang tersisa selain Allah, lalu saya menemukan suatu kesimpulan pengertian. Tiba-tiba saya mendengar suara bisikan yang mengatakan, “Wahai Abu Yazid, tidak ada rasa takut orang yang bersama kami.” Saya pun menimpalinya, ‘Inilah yang saya inginkan. Datanglah suara berikutnya yang mengatakan, ‘Kamu telah menemukan, kamu telah menemukan.’ “
- Pernah ditanyakan, “Penghalang apa yang paling berat dalam melalui jalan menuju Allah?” Jawabnya, “Saya tidak dapat menerangkannya.” Ditanyakan lagi, “Usaha apakah yang paling ringan untuk menghindari nafsu?” Jawabnya, “Kalau ini saya dapat menerangkan. Saya pernah mengajak hawa nafsuku untuk taat pada Allah SWT., namun ia menolaknya, lalu saya jauhi air (berpuasa) selama setahun.”
- Jika kamu melihat seorang yang telah diberi keramat sampai ia bisa terbang di udara sekalipun, maka janganlah tertipu dengannya, sehingga kamu dapat menilai kesungguhannya dalam melaksanakan perintah dan larangan Allah, dalam menjaga batas-batas hukum Allah, dan dalam melaksanakan syariat Allah.
- Pamanku, Al-Busthami pernah menceritakan dari ayahnya. Dia mengatakan, “Di suatu malam pernah Abu Yazid pergi ke suatu markas (tempat) untuk berdzikir di pagar tempat itu, namun sampai ia pagi ia tidak dapat berdzikir. Saya tanyakan sebabnya, lalu dijawab, ‘Saya teringat sebuah kata ketika saya masih kecil yang kata ini berputar-putar terus di lidahku, sehingga saya malu untuk berdzikir kepada Allah’. “
Disarikan dari Kitab Risalah Qusairiyah (Karangan: Imam Abul Qasim Abdul Karim Hawazin Al Qusyairi An Naisaburi)